Sejarah Pangeran Anta Sari
Suatu pemerintahan yang tidak stabil akan mengundang pengaruh luar untuk melakukan intervensi. Keadaan pemerintah yang tidak stabil itu ada kalanya sengaja diciptakan oleh pihak asing sebagai jalan untuk menguasai. Hal itu terjadi dengan kehadiran Belanda di Kerajaan Banjar, Kalimantan. Strategi seperti itu dikenal dengan nama politik divide ei impera (memecah belah
dan menguasai) atau dikenal secara populer dengan nama “politik adu domba”.
Belanda sengaja mendukung Sultan Tamjid yang tidak disukai rakyat untuk naik tahta pada tahun 1859. Padahal yang lebih berhak menjadi Sultan adalah Pangeran Hidayat. Pangeran Antasari sebagai salah seorang keturunan raja Banjarmasin yang dibesarka di luar istana merasa prihatin dengan situasi itu. Pilihan yang dibuat oleh Pangeran yang dilahirkan pada tahun 1809 itu adalah mengusir Belanda dan Kerajaan Banjar tanpa kompromi. Pergantian kekuasaan di istana menimbulkan keresahan di antara rakyat yang pada akhirnya menciptakan sikap anti-Belanda. Pangeran Antasari yang mengenal rakyat dari dekat memahami gejolak yang dirasakan rakyatnya. Oleh karena itu, ia mengadakan persiapan-persiapan untuk perlawanan terhadap Belanda. Dihimpunnya kekuatan lewat kerjasama dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, dan Kapuas. Niat Pangeran itu untuk menyerang Belanda didukung secara penuh oleh rakyat di kawasan itu.
Pertempuran pertama melawan Belanda ini meletus mulai tanggal 18 April 1859 yang dikenal dengan nama Rerang Banjar. Antasari mendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga pasukannya yang semua berjumlah 6.000 prajurit makin lama makin bertambah besar. Dukungan rakyat yang demikian besar itusangat menyulitkan pemerintah Belanda.
Meskipun perang sudah berlangsung empat belas tahun, tetapi Belanda berhasil mengalahkan perlawanan Pangeran yang didukung rakyat itu. Upaya Belanda membujukAntasari untuk berunding dengan memberi janji memberi tiagian kekuasaan di kerajaan Banjar mengalami kegagalan. Dalam usia yang terus beranjak tua, Pangeran ini melanjutkan peperangan di kawasan Kalimantan Selatan dan Tengah. Suatu serangan besar-besaran' telah direncanakan pada bUlan Oktober 1862. Pasuka-pasukan telah disiapkan tetapi wabah penyakit Cacar menyerang dan melemahkan kesatuan itu bahkan merenggutjiwa pemimpinnya, Pangeran Antasari. Ia meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 1862 di Bayan Begak, Kalimantan Selatan: kemudian dimakamkan di Banjarmasin dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukmin. Dengan kematiannya itu, perlawanan terhadap Belanda makin lama makin surut dan akhirnya padam dengan sendirinya.
dan menguasai) atau dikenal secara populer dengan nama “politik adu domba”.
Belanda sengaja mendukung Sultan Tamjid yang tidak disukai rakyat untuk naik tahta pada tahun 1859. Padahal yang lebih berhak menjadi Sultan adalah Pangeran Hidayat. Pangeran Antasari sebagai salah seorang keturunan raja Banjarmasin yang dibesarka di luar istana merasa prihatin dengan situasi itu. Pilihan yang dibuat oleh Pangeran yang dilahirkan pada tahun 1809 itu adalah mengusir Belanda dan Kerajaan Banjar tanpa kompromi. Pergantian kekuasaan di istana menimbulkan keresahan di antara rakyat yang pada akhirnya menciptakan sikap anti-Belanda. Pangeran Antasari yang mengenal rakyat dari dekat memahami gejolak yang dirasakan rakyatnya. Oleh karena itu, ia mengadakan persiapan-persiapan untuk perlawanan terhadap Belanda. Dihimpunnya kekuatan lewat kerjasama dengan kepala-kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, dan Kapuas. Niat Pangeran itu untuk menyerang Belanda didukung secara penuh oleh rakyat di kawasan itu.
Pertempuran pertama melawan Belanda ini meletus mulai tanggal 18 April 1859 yang dikenal dengan nama Rerang Banjar. Antasari mendapat dukungan dari berbagai pihak sehingga pasukannya yang semua berjumlah 6.000 prajurit makin lama makin bertambah besar. Dukungan rakyat yang demikian besar itusangat menyulitkan pemerintah Belanda.
Meskipun perang sudah berlangsung empat belas tahun, tetapi Belanda berhasil mengalahkan perlawanan Pangeran yang didukung rakyat itu. Upaya Belanda membujukAntasari untuk berunding dengan memberi janji memberi tiagian kekuasaan di kerajaan Banjar mengalami kegagalan. Dalam usia yang terus beranjak tua, Pangeran ini melanjutkan peperangan di kawasan Kalimantan Selatan dan Tengah. Suatu serangan besar-besaran' telah direncanakan pada bUlan Oktober 1862. Pasuka-pasukan telah disiapkan tetapi wabah penyakit Cacar menyerang dan melemahkan kesatuan itu bahkan merenggutjiwa pemimpinnya, Pangeran Antasari. Ia meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 1862 di Bayan Begak, Kalimantan Selatan: kemudian dimakamkan di Banjarmasin dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukmin. Dengan kematiannya itu, perlawanan terhadap Belanda makin lama makin surut dan akhirnya padam dengan sendirinya.
0 Response to "Sejarah Pangeran Anta Sari"
Post a Comment