Sejarah Teuku Umar
Ada anggapan bahwa penjajahan Belanda di Indonesia berlangsung selama tiga setengah abad. Penjajahan itu berlangsung dari abad ke17 hingga pertengahan abad ke-20. Anggapan itu tidak berdasarkan pada fakta sejarah. Perang Aceh menunjukkan pada dasawarsa abad ke-20 1 setelah peperangan selama 40 tahun, pasukan kolonial Belanda baru dapat mengalahkan perlawanan itu. Salah satu tokoh dan panglima legendaris dalam perang itu adalah Teuku Umar.
Teuku Umar dilahirkan di Meulaboh pada tahun 1854. Ia berasal dari keluarga keturunan Minangkabau yang merantau ke Aceh pada r akhir abad ke-17. la adalah anak dari Teuku Mahmud dan ibunya adalah adik raja Meulaboh. Teuku Umar menikah dengan Cut Nyak Dien, anak Nanta Setia, pamannya. Sejak muda Teuku Umar sering berkelahi dan berkelana. Ketika Perang Aceh meletus, ia yang baru berusia 19 tahu tanpa ragu-ragu menerjunkan diri dalam kancah perjuangan. Mula-mula ia berjuang memper’tahankan kampung halamannya sendiri kemudian meluas hingga daerah Meulaboh. Markas pasukannya di Kampung Darat dapat diduduki Belanda pada tahun 1871 ia pun mundur ke daerah Aceh Besar sambil menyusun kekuatan dan melancarkan perang gerilya.
PANGLIMA PERANG
Pada bulan Agustus 1893, Teuku Umar pura-pura tunduk kepada Belanda. Denga‘ menyatakan sumpah setia kepada Gubernur yang merangkap sebagai panglima Beland di Aceh, ia diterima dalam dinas militer Belanda. Pemerintah kolonial memberinya gelar Teuku Johan Pahlawan. Semula ia dipercaya untuk membawa 32 orang tentara untuk menumpas pasukan Raja Teunom dan menyita kapal lnggris. Tetapi, di tengah perjalanan pulang, Teuku Umar membunuh 32 tentara itu dan mengambil senjatanya. la kemudian diizinkan membentuk sebuah legiun yang berkekuatan 250 orang yang bertugas untuk mengamankan daerah Aceh Besar dan sekitarnya dari gangguan para pejuang.
Pada tanggal 30 Maret 1896 ia secara terus terang menyatakan keluar dari dinas militer Belanda. la menemui Iagi teman-teman seperjuangannya, seperti Panglima Polim, ulama-ulama di Tiro dan Uleebalang yang juga telah menghentikan kerjasama dengan Belanda seperti Teuku Usen, Teuku Mahmud, dan Teuku Cut Muhammad. Ketika berbalik membela Aceh, Teuku Umar membawa lari 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, dan uang sebanyak 18.000 dolar, serta peralatan perang lainnya.
Atas kejadian itu panglima Tentara Hindia Belanda, Jenderal van Heutsz sangat marah dan dengan segala upaya ingin membunuh Teuku Umar. Dalam pertempuran di Meulaboh, pada tanggal 10 Februari 1899 malam hari, Teuku Umarterkenatembakan dan meninggal dunia.
0 Response to "Sejarah Teuku Umar"
Post a Comment