Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa dan Asal Mula Nama Batavia

Banten memang sudah pantas menjadi propinsi sendiri, mengingat sejak dulu kala Banten merupakan pelabuhan perdagangan yang ramai. Sejak jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511.

Perkembangan pesat Banten berkat dukungan dari kerajaan-kerajaan di pantai utara Laut Jawa, seperti Demak dan Jepara. Bahkan sejarah Banten dapat ditelusuri lewat kehadiran Faletehan (Fatahillah) yang kemudian dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.

Asal Mula Nama Batavia


Kehadiran VOC di Jawa, termasuk Banten sebenarnya hanya mencari beras untuk ditukarkan dengan komoditi rempah-rempah yang laku keras di pasaran Eropa. Lamakelamaan, perhatian VOC beralih dari lndonesiaTImurkePulau Jawa.


ASAL MULA BATAVIA


Belanda dengan Banten tidak dapat dilepaskan dari berdirinya kota Batavia yang dirintis oleh Jan Pieterszoon Coen yang semula berpangkat Kepala Tata Buku kongsi dagang VOC di Banten, kemudian di Batavia. Berkat taktik VOC yang licik dan curang dalam kerajaan Banten terjadi perbedaan pendapat antara para pangeran di kerajaan. Pangeran Mangkubumi yang menjadi wali Sultan yang masih kanak-kanak lebih dekat ke VOC sedangkan Pangeran Jayakarta yang berkedudukan di daerah yang sekarang menjadi kota Jakarta lebih dekat pada orang Eropa selain Belanda, seperti Inggris dan Prancis. Orang-orang Eropa itu saling berebut pengaruh di kawasan Banten. Pangeran Jayakarta dan orang Eropa lainnya dengan restu waii Raja Banten disingkirkan Belanda. Sejak saat itu Batavia sebagai benteng dan pusat kekuatan VOC terus berkembang.

Hubungan antara Banten dan VOC yang semula baik perlahan berubah sejak naiknya Sultan Banten Abu'l Fath Abdulfattah yang lebih dikenal sebagai Sultan Ageng Tirtayasa yang naik tahta pada tahun 1661. Sultan ini tidak menyukai Kompeni Belanda. Belanda dalam pandangannya hanya merupakan penghaiang perdagangan Banten. Pada tahun-tahun awal kepemimpinannya, ia berhasil membangun kembali kekuatan perdagangan keraja an itu. Sultan Ageng juga mengadakan penyerangan-penyerangan dengan gerilya terhadap Batavia Iewat darat dan laut.

Dua kapal Kompeni pada tahun 1666 dirampas oleh Banten dan perkebunan tebu milik kongsi dagang itu dirusak. Raja pun tidak bersedia menerima utusan VOC sehingga orang-orang Belanda yang berada di Banten merasa tidak aman. Mereka secara diam-diam meninggalkan kerajaan itu. Ketika sudah tidak ada lagi orang Belanda di Banten, VOC memblokir pelabuhan Banten sehingga merugikan perdagangan Banten.

Sultan terpaksa mendekati Belanda untuk mengadakan perundingan. Perundingan itu berlangsung sangat ketat karena Belanda tetap mempertahankan keinginan perdagangan monopoli di Maluku dan Malaka yang sulit diterima oleh Bantern. Akhirnya disepakati bahwa Belanda-tetap mengadakan perdagangan dengan Maluku dan membayar ganti rugi kepada Banten. Perdagangan Banten, berkat usaha Sultan Ageng Tirtayasa, berkembang pesat dengan Persia, Surat, Mekkah, Koromandel, Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina. Dalam perdagangan luar negeri itu Sultan banyak dibantu oleh Inggris dan Denmark.

KONFRONTASI DENGAN SULTAN HAJI

Keadaan tenang itu berakhir pada tahun 1676 ketika putra sulungnya kembali dengan gelar Sultan Haji yang sangat pro-Belanda Ketegangan dengan Kompeni memuncak ketika pada tahun 1680 dengan berakhirnya perang Trunojoyo._ Sultan Ageng yang makin bertambah usianya harus menghadapi Kompeni dan puteranya,SuItan Haji. Pada tanggal 27 Februari 1682 istana Sultan .Haji di Surosowan diserbu pesukan Banten. Dengan bantuan Belanda, Sultan Haji berhasil mempertahankan diri dengan semua syarat yang diajukan Belanda bahwa semua orang Eropa harus meninggalkan Banten. Pada bulan Agustus 1682 Sultan Haji menandatangani perjanjian yang mengakui kekuasaan Kompeni Belanda. Sultan Ageng yang sudah terdesak terus melancarkan perlawanan hingga pada tahun 1683, pada tahun itu uga ia ditangkap dan wafat di penjara. Jenazah pejuang sahid ini dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Banten yaitu di sebelah utara Masjid Agung Banten.

1 Response to "Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa dan Asal Mula Nama Batavia"

  1. Gambar tersebut bukanlah potret/lukisan diri Sultan Ageng Tirtayasa
    Melaikan Sultan Agung Hanyokro kusumo
    Semoga segera di revisi

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel